Sabtu, 07 Februari 2015

Kedewasaan Akan Membawa Kita Pada Kesuksesan

   Kedewasaan sering dilihat dari segi usia yang telah mapan dan mencapai aqil baliq baik bagi pria maupun wanita. Mulai suka terhadap lawan jenis kita, penampilan fisik kita berubah , cara berpakaian , nada berbicara , dan masih banyak lagi yang berubah seiring dengan bertambahnya usia kita.
  
  Namun terkadang semua perubahan itu tak diiringi dengan perubahan pola berpikir kita sendiri. Mungkin beberapa dari kita sering tidak sadar bahwa tingkah laku kita tak lebih dari seorang anak berusia 10 tahun. Atau bahkan sebaliknya kita melihat orang yang sudah dewasa tetapi pola pikir dan tingkah laku mereka seperti anak – anak.
   Jika sudah begitu lantas apa yang akan kita terima dari perilaku kita itu? Yang paling mendasar tentu kita akan menerima nasihat dari orang tua kita atau dari orang yang kita anggap lebih tua dari kita. Mungkin kita sebagai manusia terkadang tidak terlalu suka jika harus dinasehati dan malah menganggap nasehat itu sebagai intimidasi dari orang yang menasehati kita. Dan yang paling buruk yang akan kita terima adalah sebuah sanksi / hukuman yang akan memberi kita efek jera agar kita tidak mengulang kesalahan itu.
   Orang yang sudah dewasa itu terkadang tidak mau dinasehati meskipun yang dilakukan oleh dia itu adalah sebuah kesalahan. Apalagi jika dinasehatinya oleh orang yang usianya jauh dibawah orang dewasa itu. Karena menurutnya yang dilakukan oleh dia itu benar tetapi orang lain menilai cara yang dilakukannya salah.
   Sudah hakikatnya manusia itu saling mengingatkan akan kesalahan yang dilakukan oleh sesama manusia lainya. Mengajari dengan cara yang benar , membimbing mereka kearah yang lebih baik tetapi dengan catatan kita harus lebih baik dari mereka yang akan kita ajari. Kalau kita sendiri tidak lebih baik atau bahkan lebih buruk kelakuannya dari mereka lantas orang yang akan kita bimbing kejalan yang benar itu tidak akan pernah berubah. Malah sebaliknya mereka akan mengikuti apa yang kita kerjakan.
   Lalu apa hubungannya kedewasaan dalam sepak bola? Sepak bola tak bisa dijauhkan dari para pemain ke – 12 mereka. Sebuah klub sepak bola tanpa seorang supporter layaknya sebuah bangunan tanpa pondasi yang kokoh. Sudah menjadi tugas seorang supporter untuk mendukung klub sepak bola yang selama ini ia banggakan baik disaat kalah ataupun disaaat menang. Tanpa nyanyian rasis , membuat keonaran , menyalakan red flare, dan tidak mengintimidasi supporter / tim yang menjadi lawan bermain kita.
   Memberikan sebuah dukungan tak hanya datang langsung menyaksikan klub kesayangan kita berlaga di stadion , dukungan juga bisa datang melalui do’a yang selalu kita panjatkan kepada-Nya agar klub yang kita dukung meraih kemenangan disetiap pertandingan yang dijalaninya.
   Sebagai seorang bobotoh tentu saja saya sangat menginginkan hal itu terjadi ketika menyaksikan langsung Persib Bandung berlaga, namun rasanya masih saja ada oknum bobotoh yang belum dewasa dalam mendukung Persib. Sebagai contohnya masih sering kita dengar nyanyian rasis , pelemparan botol kedalam lapangan, menyalakan red flare , ugal – ugalan dijalan raya, bahkan tak jarang juga masuk ke stadion dalam keadaan mabuk berat.
   Alhasil, sanksilah yang sering kita dapatkan dari para pengurus sepak bola Indonesia meskipun terkadang menurut saya sanksi yang diberikan kepada bobotoh itu kurang tepat. Tapi, ya itulah carut marutnya organisasi sepak bola Indonesia. Meskipun bobotoh tidak salah juga tetap saja sanksi itu harus kita jadikan sebagai bahan introspeksi diri kita agar semakin dewasa dan semakin baik lagi dalam mendukung Persib.
   Jangan kita merasa karena bukan kesalahan kita lantas kita mengabaikan sanksi itu, justru sebaliknya kita harus patuh dulu saja terhadap sanksi itu biar “mereka” berpikir bahwa bobotoh itu sudah dewasa dan tidak perlu diberikan sanksi lagi. Toh nanti juga yang diuntungkan siapa lagi kalau bukan kita sebagai bobotoh. Bisa leluasa menyaksikan laga Persib langsung di stadion baik di laga kandang maupun di laga tandang.
   Maka dari itu mari kita rubah pola pikir dan tingkah laku kita menuju kedewasaan jangan selalu “kumaha aing weh” ( pasti kata itulah yang sering kita dengarkan kalau kita menasihati orang sunda).
   Sebab jika bobotoh sudah dewasa semuanya maka kesuksesan juga akan kita peroleh, bukan hanya bobotoh yang meraih kesuksesan tapi Persib Bandung juga sebagai klub yang selama ini kita bela akan semakin dekat dengan gelar juara yang sudah lama ini kita idamkan.
   Hilangkan nyanyian rasis , hentikan berbuat onar , tong raribut wae jeung dulur da sarua bobotohtong mabok ka jero stadion lamun rek mabok mah di pub weh tong di stadion da stadion mah tempat jang lalajo bola lain jang mabok !!
Padamu Persib kami Berjanji
Padamu Persib kami Berbakti
Padamu Persib kami Mengabdi

Bagimu Persib Jiwa Raga Kami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar