Minggu, 08 Februari 2015

Bobotoh 1995, Setia, Arungi Batas Negara


Masalah penonton bagi Persib jangan jadi pemikiran, karena saat ini (1995, Red.), Persib merupakan tim yang mempunyai fans yang banyakdi manapun mereka bertanding.” – Soeparjo Pontjowinoto.
Sembilan belas musim memang bukan waktu yang sebentar. Namun, penantian panjang bobotoh untuk melihat Persib bandung juara terlaksana juga di musim 2014 lalu. Sebagai juara, Persib akan menjadi wakil Indonesia di babak kualifikasi 2 Asian Champions League (ACL) 2015, menghadapi Hanoi TT di Vietnam.
Ini merupakan turnamen AFC kelas Asia kedua bagi tim Persib setelah 1995. Tepatnya 19 tahun yang lalu pula, Persib bermain di ajang sama dengan prestasi yang cukup bisa dibanggakan, masuk 8 besar. Musim depan, bobotoh kembali akan disuguhi pertandingan Persib di ACL, jika pun kalah, Persib akan pasti bermain di ajang di bawahnya, AFC Cup 2015. Pertandingan tingkat Asia ini tentu saja dinantikan oleh bobotoh.
Bobotoh merupakan kawan yang setia Persib, di manapun Si Pangran Biru berada. Di tahun 1995, Persib terancam tidak bisa menjadi tuan rumah perempat final Liga Champion Asia 1995 karena stadion Siliwangi yang tidak memadai. Rencana pemindahan homebase ke Stadion Senayan (sekarang gelora Bung Karno) Jakarta, sempat disesalkan oleh beberapa pengurus. Namun, Sekum PSSI waktu itu, Soeparjo Pontjowinoto mengingatkan, jika pertandingan dilaksanakan di Jakrata, Persib masih mempunyai Bobotoh, yang akan selalu menemani di manapun mereka bermain. (Verdi Akan Membawa 18 Pemain, Pikiran Rakyat, 10 Nov 1995)
Rencana memindahkan homebase Persib ke Jakarta selama perempat final pun disambut positif oleh pelatih Persib saat itu, Indra Thohir. Dalam wawancaranya, Thohir mengatakan bahwa faktor mental menjadi pertimbangan utama. Pelatih yang membawa Persib juara Liga Indonesia edisi pertama itu belasan kalau anak-anak Persib kerap bermain dalam tekanan jika bermain di kandang sendiri.
Bila main di Bandung, anak-anak sering tampil dengan beban mental yang berat. Mereka dituntut untuk bermain bagus dan menang oleh masyarakat pecinta sepakbola kita. Mereka jadi serba salah”. ujar Bah Thohir. (Kesiapan Persib Dinilai Jumat Ini, Pikiran Rakyat, 10 Nov 1995)
Pendapat ini memang terbukti saat pertandingan terakhir di perempat final saat berhadapn dengan wakil Korea, Ilhwa Chunma. Tampil bagus di 10 menit pertama dan mencetak gol di menit ‘6 lewat Yudi Guntara, permainan Persib yang monoton ini membangkitkan sisi kritis Bobotoh. Permainan yang diperagakan Persib saat itu dicemooh sepanjang pertandingan. Wartawan Pikiran Rakyat menggambarkan:
Yel-yel penonton semakin menambah semangat permainan para pemain Persib, namun hanya berlangsung 10 menit babak pertama. Ilhwa Chunma mulai mengancam gawang Persib lewat serangan cepat kombinasi dari kiri dan kanan. Akhirnya gol Chunma memang tinggal menunggu waktu dan membungkam teriakan penonton, bahkan berubah menjadi caci maki terhadap tim kesayangannya”(Langkah Persib Dihentikan Ilhwa Chunma, Pikiran Rakyat, 29 November 1995).
Di sisa babak pertama, Ilhwa Chunma memberondong gawang Persib dan menghasilkan 4 gol di babak pertama. Di akhir waktu, Persib kalah 2-5 dan tersingkir dari turnamen.
Sebelum memasuki fase perempat final Persib terlebih dahulu melewati fase kualifikasi sebanyak dua kali yang masing-masing dimainkan 2 leg. Pada kualifikasi pertama, tim Maung Bandung berhadapan dengan Bangkok bank di Thailand. Jarak yang lumayan antara Bandung dan Bangkok ternyata tidak menyurutkan Bobotoh untuk bisa mendukung timnya secara langsung. Sekitar 300 Bobotoh tercatat melakukan awayday di tahun 1995 itu. Kehadiran bobotoh ini sepertinya memberikan suntikan moral yang tidak sedikit untuk tim. Alhasil, Persib bisa menang 2-0 di stadion Chulalongkorn Bangkok, 16 September 1995.
Wartawan PR menulis: “Tim tuan rumah kemudian mempergencar serangan. Bahkan mantan pemain nasional (Thailand di Sea games 1993) Apichad Thave, sempat mengejutkan kubu Persib yang didukung sekitar 300 bobotohnya, ketika tendangan keras jarak jauhnya membentur mistar gawang Anwar sanusi.” (Persib Bungkam Bangkok Bank 2-0, Pikiran Rakyat, 17 September 1995). Kemenangan perdana Persib di pertandingan resmi yang digelar AFC itu disambut gembira oleh berbagai pihak termasuk bobotoh (18 September 1995). Mereka menyambut kedatangan tim di bandara Soekarno Hatta. (Rombongan Persib Tiba di Tanah Air, Pikiran Rakyat, 19 September 1995)
Lawan yang dihadapi Persib di pertandingan selanjutnya adalah tim asal Filipina, Pasay City. Di leg pertama yang dilangsungkan di Stad Siliwangi bandung 14 Oktober 1995, Persib menang 2-1 keduanya lewat gol Robby Darwis. Di pertandingan selanjutnya, Persib harus bertandang ke Stadion Rizal Memorial Manila, 28 Oktober 1995.
Menjelang pertandingan away selanjutnya tersebut, Pikiran Rakyat bekerja sama dengan sebuah biro perjalanan mengadakan program tandang bareng. Program ini dimaksudkan untuk memberangkatkan Bobotoh yang ingin mendukung Persib di sana. Program ini berhasil mengumpulkan 60 bobotoh yang berangkat ke Manila, seperti yang diakui Iman S Notodirdjo dan Yusman Hidayat, perwakilan Bidang Protokoler Kedutaan Besar Indonesia di Filipina. (Pasay Melawan Persib Berlangsung Malam hari, Pikiran Rakyat, 26 Oktober 1995)
Rentang waktu 19 tahun memang telah mengubah segalanya, tapi ada yang sepertinya tidak akan berubah, fanatisme Bobotoh. Seperti yang telah dicatat dalam sejarah, Bobotoh Persib akan selalu menyambut pemainnya di manapun mereka berada. Keadaan ini tidak hanya berlangsung sejak puluhan tahun lalu saja, tapi sudah menjadi tradisi, melintas generasi.
Akankah tradisi ini berlangsung saat Persib berlaga di level Asia musim depan? Siapkan paspor kalian …!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar