Senin, 02 Maret 2015

Perjuangan Bobotoh Diangkat Jadi Reality Show




Cerita menarik Bobotoh dalam mendukung Persib Bandung menjuarai Indonesia Super League (ISL) 2014 menarik perhatian rumah produksi Dreamlight World Media. Rumah produksi ini akan mengangkat kisah-kisah nyata itu menjadi reality show berjudul Mimpi Bobotoh yang terbagai dalam 26 episode.“Ini bentuk visualisasi dari fanatisme suporter. Sebuah potret kehidupan yang penuh perjuangan dan diekspersikan dengan luar biasa," kata produser Mimpi Bobotoh Bram dalam jumpa pers di Taman Film, Bandung, Ahad (16/11).Mimpi Bobotoh ini merupakan bentuk program yang mengangkat sisi di balik kisah fanatisme Bobotoh mendukung Maung Bandung. Cerita yang diangkat pun beragam dengan latar belakang berbeda."Seperti yang sudah dijelaskan, ini bukan settingan. Ini realita, memang seperti itu," ungkapnya.Dalam salah satu episode misalnya mengangkat kisah seorang bobotoh laki-laki bernama Tya rela mencari kayu bakar demi untuk membeli tiket pertandingan Persib Bandung di Stadion Si Jalak Harupat. Anak berusia 13 tahun menyempatkan memungut kayu bakar kurang lebih 10 kilometer dari rumahnya sepulang sekolah. Kayu-kayu bakar tersebut kemudian dijual lalu hasilnya ditabung untuk membeli tiket pertandingan Persib.Menurut Bram, ada tiga kriteria utama bobotoh yang ceritanya akan diangkat dalam Mimpi Bobotoh tersebut."Ia haruslah bobotoh sejati yang mempunyai mimpi, keinginan kuat, dan perjuangan lewat usahanya," katanya.Hal itu juga yang membuat ia cukup kesulitan mencari sosok yang akan dihadirkan setiap episodenya. Pasalnya, Bram menginginkan kisah dalam reality show tersebut benarlah fakta bukan hanya settingan semata."Paling susah mencari dan menyeleksi karena kita punya tanggung jawab moral agar yang ditampilkan itu bisa jadi inspirasi, kalau produksinya sih terbilang singkat sekitar2 hari,” ungkapnya.Direktur Marketing PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) Muhammad Farhan menyambut baik program tersebut. Menurutnya, program tersebut dapat menjadi motivasi kepada Bobotoh dalam memberikan dukungan kepada tim kesayangan."Ada bobotoh cilik yang nabung sampai bisa beli tiket Persib, bukan tiket palsu ataupun tiket keriting, itu mengharukan sekali, ia itu bobotoh yang memberi kontribusi nyata kepada Persib," ujar Farhan.Diungkapkannya, program ini juga bisa menginspirasi semua orang untuk mewujudkan mimpinya. "Program ini menunjukkan perwujudan mimpi dan hasil dari kerja keras. Semua pasti diawali dari mimpi," ujarnya.

Klub Sepak Bola Rasa Panitia Pensi


Sibuk menunggu pergerakan klub kesayangan menjelang bergulirnya Liga Super Indonesia (LSI) 2014-2015? Gregetan dengan transfer pemainnya yang super lambat? Atau dengan sponsor tim yang belum pasti? Tenang, jangan dulu kesel, seharusnya Anda terbiasa dengan situasi ini. Karena inilah ciri sepak bola Indonesia. Lebih tepatnya kebiasaan klub sepak bola Indonesia. Setiap awal musim klub-klub kita selalu disibukan oleh semua masalah itu secara bersamaan. Masalah pemain, sponsor, hingga perizinan mereka kejar dalam waktu yang simultan.
Perlu dicatat, klub-klub sepak bola kita hampir seluruhnya berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT) atau sebuah perusahaan yang orientasi profit. Namun rupanya, putaran roda kompetisi bagi klub kita memang ibarat sebuah konser musik, atau acara pentas seni di sekolah. Ya, pensi! Salah satu pengalaman berharga ketika saya duduk di bangku sekolah, atau perguruan tinggi adalah saat harus disibukan dengan acara kesenian. Terlibat dalam sebuah kepanitian acara pentas kesenian menjadi hal yang selalu diingat.
Bukan karena romantika kisah pedekate dengan gebetan, tetapi karena harus mulai belajar mengorganisasi sebuah kelompok. Bergerak dalam sistem, untuk satu tujuan; acara sukses! Yang ditandakan dengan banyak penonton, orang terhibur dan pengisi acara puas. Menyukseskan acara pensi sama juga dengan kesuksesan kita mengangkat nama almamater, dimata almamater lainnya. Salah satu kriterianya adalah, semakin kondang pengisi acara, semakin banyak penonton yang datang dan semakin glamor penataan acara.
Mungkin hal ini juga yang dirasakan oleh Anda jika sempat mengenyam pendidikan, setidaknya di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Perguruan Tinggi. Lika-liku dramatika pagelaran hingga kini akan anda ingat. Dramatika yang terkadang bikin tegang, dan stress bukan kepalang. Ketegangan bisa timbul karena berbagai hal. Misalnya, artis panggung yang belum jelas, sumber dana yang masih minim, perizinan yang masih sulit, atau konflik internal yang mengancam keberlangsungan acara. Semua itu mereka lakukan dalam waktu yang bersamaan, seperti halnya klub sepak bola Indonesia menjelang liga bergulir.
Padahal logikanya, sebagai perusahaan dan organisasi profesional klub sepak bola harusnya lebih maju dari itu. Setidaknya masalah dana, sudah tidak perlu dimulai dari nol lagi ketika mengawali musim yang baru.
Dari sini, prinsi keberlanjutan dari sebuah perusahaan tidak dimiliki. Klub tidak memiliki pendapatan yang tetap, karena hanya bersandar pada sponsor. Sponsor yang diikatpun akhirnya hanya dalam jangka waktu pendek, satu musim saja.Lalu, soal permain. Hanya beberapa klub saja di LSI yang saat ini sudah hampir menyudahi perburuan pemainnya. Sebagian besar klub masih bingung dengan komposisi pemain. Padahal kompetisi tinggal menghitung minggu.
Ini menggambarkan betapa LSI penuh ketidak pastian. Dan investor yang tak punya hitung-hitungan bisnis yang mau simpan uang di liga ini. Saya ragu, mereka bisa mendapatkan cuan dari klub sepak bola dengan rasa panitia pensi ini. Seperti sponsor pensi yang terkadang hanya berdasar iba, karena proposal datang dari almamater yang sama.