Senin, 02 Maret 2015

Klub Sepak Bola Rasa Panitia Pensi


Sibuk menunggu pergerakan klub kesayangan menjelang bergulirnya Liga Super Indonesia (LSI) 2014-2015? Gregetan dengan transfer pemainnya yang super lambat? Atau dengan sponsor tim yang belum pasti? Tenang, jangan dulu kesel, seharusnya Anda terbiasa dengan situasi ini. Karena inilah ciri sepak bola Indonesia. Lebih tepatnya kebiasaan klub sepak bola Indonesia. Setiap awal musim klub-klub kita selalu disibukan oleh semua masalah itu secara bersamaan. Masalah pemain, sponsor, hingga perizinan mereka kejar dalam waktu yang simultan.
Perlu dicatat, klub-klub sepak bola kita hampir seluruhnya berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT) atau sebuah perusahaan yang orientasi profit. Namun rupanya, putaran roda kompetisi bagi klub kita memang ibarat sebuah konser musik, atau acara pentas seni di sekolah. Ya, pensi! Salah satu pengalaman berharga ketika saya duduk di bangku sekolah, atau perguruan tinggi adalah saat harus disibukan dengan acara kesenian. Terlibat dalam sebuah kepanitian acara pentas kesenian menjadi hal yang selalu diingat.
Bukan karena romantika kisah pedekate dengan gebetan, tetapi karena harus mulai belajar mengorganisasi sebuah kelompok. Bergerak dalam sistem, untuk satu tujuan; acara sukses! Yang ditandakan dengan banyak penonton, orang terhibur dan pengisi acara puas. Menyukseskan acara pensi sama juga dengan kesuksesan kita mengangkat nama almamater, dimata almamater lainnya. Salah satu kriterianya adalah, semakin kondang pengisi acara, semakin banyak penonton yang datang dan semakin glamor penataan acara.
Mungkin hal ini juga yang dirasakan oleh Anda jika sempat mengenyam pendidikan, setidaknya di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Perguruan Tinggi. Lika-liku dramatika pagelaran hingga kini akan anda ingat. Dramatika yang terkadang bikin tegang, dan stress bukan kepalang. Ketegangan bisa timbul karena berbagai hal. Misalnya, artis panggung yang belum jelas, sumber dana yang masih minim, perizinan yang masih sulit, atau konflik internal yang mengancam keberlangsungan acara. Semua itu mereka lakukan dalam waktu yang bersamaan, seperti halnya klub sepak bola Indonesia menjelang liga bergulir.
Padahal logikanya, sebagai perusahaan dan organisasi profesional klub sepak bola harusnya lebih maju dari itu. Setidaknya masalah dana, sudah tidak perlu dimulai dari nol lagi ketika mengawali musim yang baru.
Dari sini, prinsi keberlanjutan dari sebuah perusahaan tidak dimiliki. Klub tidak memiliki pendapatan yang tetap, karena hanya bersandar pada sponsor. Sponsor yang diikatpun akhirnya hanya dalam jangka waktu pendek, satu musim saja.Lalu, soal permain. Hanya beberapa klub saja di LSI yang saat ini sudah hampir menyudahi perburuan pemainnya. Sebagian besar klub masih bingung dengan komposisi pemain. Padahal kompetisi tinggal menghitung minggu.
Ini menggambarkan betapa LSI penuh ketidak pastian. Dan investor yang tak punya hitung-hitungan bisnis yang mau simpan uang di liga ini. Saya ragu, mereka bisa mendapatkan cuan dari klub sepak bola dengan rasa panitia pensi ini. Seperti sponsor pensi yang terkadang hanya berdasar iba, karena proposal datang dari almamater yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar